Wednesday, March 22, 2023

BAHAS MENGENAI PEMBEBASAN SANDERA, JOKOWI MINTA PRIORITASKAN KESELAMATAN SIPIL



JAYAPURA- Hampir dua bulan alias 43 hari pilot asal Selandia baru Capt Philip Mark Mehrtens disandera kelompok separatis di Pegunungan Papua. Aparat keamanan dan Pemerintah Indonesia tak kunjung berhasil membebaskan pilot pesawat Susi Air yang dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023) tersebut.

Upaya pencarian oleh tim gabungan TNI-Polri disebut sudah dilakukan oleh pemerintah. Demikian juga upaya persuasif oleh tokoh-tokoh daerah katanya sudah dijalankan, tapi belum ada hasilnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah melakukan rapat internal bersama Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membahas upaya pembebasan Philip Mark Mehrtens dari tangan kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Dalam rapat tersebut, Jokowi menginstruksikan agar upaya pembebasan dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan mengutamakan keselamatan. "Tadi malam kita rapat internal salah satunya membahas itu. Yang paling penting dengan penuh kehati-hatian agar tetap keselamatan menjadi yang utama," kata Jokowi dalam keterangannya seusai meresmikan Papua Youth Creative Hub di Jayapura, Papua, Selasa (21/3).

Dalam rapat terbatas tersebut juga dibahas terkait masalah keamanan para pilot. Jokowi pun meminta agar ditanyakan lebih lanjut ke panglima TNI dan kapolri. "Tadi malam sudah kita bicarakan mengenai itu. Nanti ditanyakan ke kapolri atau ke panglima," ujar Jokowi.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo selepas rapat dengan Presiden juga menyatakan keselamatan sandera menjadi prioritas aparat keamanan. "Terkait dengan terjadinya peristiwa penyanderaan beberapa waktu yang lalu, tentunya TNI-Polri memprioritaskan keselamatan sandera (Philip Mehrtens). Sehingga tentunya dalam langkah-langkah di lapangannya pun prioritas keselamatan menjadi prioritas kami," kata Sigit, Senin (20/3/2023).

Dalam kesempatan yang sama, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan, pihaknya akan terus berupaya melakukan menyelamatkan Philip secara persuasif. Dia menegaskan, cara ini dilakukan agar tidak menimbulkan korban jiwa.

"Kita tidak mau timbul korban jiwa, baik masyarakat maupun pilot. Sehingga tetap kita laksanakan dengan persuasif dan tentunya mengandalkan dari Pak Bupati Nduga, Pak Bupati-Bupati yang terkait, tokoh masyarakat, tokoh agama, ya, semuanya kita kerahkan untuk membantu supaya bisa dilaksanakan secara persuasif tadi," ujar Yudo.

"Saya tidak mau pendekatan militer sehingga nanti akan timbul korban masyarakat maupun dari pihak-pihak yang lain. Sehingga supaya tetap kita laksanakan dengan persuasif," kata dia menegaskan.

Perlu dicatat, peristiwa penyanderaan oleh kelompok separatis di Papua bukan kali ini saja terjadi. Pada 8 Januari 1996 sebanyak 26 orang rombongan peneliti World Wildlife Fund (WWF) hilang di Desa Mapenduma yang kini distrik di Kabupaten Nduga.

Tak hanya warga negara Indonesia, ada warga negara Inggris, Belanda, juga Jerman dalam tim itu. Diketahui belakangan, mereka disandera kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dipimpin Kelly Kwalik.

Beberapa sandera dibebaskan secara sporadis sejak 12 Januari 1996 itu. Hingga 23 Maret 1996, sebanyak 15 telah dibebaskan. Namun, 11 lagi termasuk sejumlah warga Inggris masih ditahan. Selama 129 hari mereka dibawa berpindah-pindah di gunung. Dua di antaranya dibunuh dalam jangka waktu itu.

Pasukan elite dipimpin Brigjen Prabowo Subianto kemudian melakukan operasi pembebasan secara militer. Operasi itu sukses, tapi terungkap kemudian sejumlah warga sipil Papua ikut meninggal dalam upaya pembebasan.

Terkait upaya pembebasan pilot Susi Air, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda TNI Krisdiyanto kepada Republika mengatakan, TNI memilih upaya negosiasi dalam proses pembebasan pilot Susi Air.

"Kita mengikuti kebijakan pemerintah bahwa kita bernegosiasi dulu agar sandera ini selamat tanpa ada cedera apa pun," kata Krisdiyanto di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP), Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pekan lalu.

Menurut dia, upaya negosiasi dipilih untuk mengedepankan keselamatan sandera, meskipun langkah itu membutuhkan waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan tindakan mengeksekusi para separatis yang menyandera.

Krisdiyanto menambahkan, hingga kini Satgas TNI masih melakukan operasi bersama Polri dalam misi penyelamatan pilot Mehrtens. Satuan TNI telah mengetahui beberapa titik yang dicurigai sebagai tempat keberadaan para separatis di Papua melalui sarana yang dimiliki, baik pesawat udara maupun tim intelijen.

Sementara, Kepala Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Ibnu Suhendra menegaskan, penyanderaan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens, yang berkebangsaan Selandia Baru, merupakan aksi terorisme.

"KKB (kelompok kriminal bersenjata) menuntut kemerdekaan dengan mengancam akan menghilangkan nyawa pilot bila tuntutan tidak dipenuhi," ujarnya dalam webinar bertajuk "Penyanderaan Pilot Susi Air: Tindakan Terorisme?" yang dipantau dari kanal Youtube Moya Institute di Jakarta, Jumat (17/3/2023).

Cara-cara yang dilakukan oleh KKB itu, menurut dia, identik dengan aksi-aksi terorisme. Bagi Ibnu, jaringan teror yang beraksi di wilayah Indonesia saat ini menggunakan strategi menebar rasa takut sebagai cara untuk mencapai tujuannya.

"Selain itu, terdapat motif politik dan ideologi yang memenuhi unsur pidana dalam pengertian tindak pidana terorisme dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018," ujarnya.

Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens disandera KKB sejak 7 Februari 2023 sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Kelompok separatis pimpinan Egianus Kogoya juga membakar pesawat Pilatus milik Susi Air.

Sebulan sejak penyanderaan, Mehrtens menyatakan melalui rekaman video bahwa dirinya akan dibebaskan jika Indonesia memberikan kemerdekaan kepada bangsa Papua Barat. Dia juga meminta PBB untuk memediasi Indonesia dan Papua agar memerdekakan warga Papua.

Dalam video berdurasi kurang dari satu menit dan tersebar di media sosial itu tampak pilot Mehrtens mengenakan jaket berwarna biru didampingi Kogoya dan anggota KKB lainnya yang membawa senjata laras panjang dan pendek serta senjata tradisional.

0 comments:

Post a Comment