Friday, December 22, 2023

GANJAR JAMIN KEBEBASAN BERPENDAPAT, SEMUA PENGKRITIK DIRINYA TAK AKAN HILANG ATAU DIPERIKSA



JAKARTA- Calon Presiden RI Ganjar Pranowo memberikan jaminan kebebasan berpendapat dalam sebuah acara di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Desember 2023. Dia menyatakan pengkritik dirinya tak akan hilang atau pun diperiksa oleh aparat penegak hukum.

"Tenang-tenang, aman kok di sini. Saya kalau dikritik, ngamanin yang ngritik kok, pasti enggak mungkin hilang," kata Ganjar saat dirinya diolok (roasting) oleh Komika Dani Aditya dalam acara itu.

Ganjar melontarkan pernyataan itu setelah Dani sempat menyatakan ketakutannya. "Saya takut, sumpah. Saya mau ngomong, takut. Pak Ganjar pernah bilang enggak apa kritik saya, asal mau dikritik balik. Jujur, saya takut ini, Pak," kata Dani dengan disambut riuh penonton yang hadir.

Capres yang berpasangan dengan Mahfud Md itu pun mengingatkan agar para pejabat tidak terbawa perasaan atau baper saat mendapatkan kritik. Dia bahkan menilai kritikan yang disampaikan oleh para komika itu sebenarnya suara rakyat yang disampaikan dengan gaya becanda.

"Tetapi benar juga, sih, ketika kami mendapatkan cerita-cerita dengan gaya roasting, ini kan gaya bercanda. Jadi, satu pesannya, tidak boleh baper. Kedua, bisa masuk ke dalam alam bawah sadar bahwa, oh, ini toh yang dimaui (rakyat)," kata Ganjar.

Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu juga mengingatkan setiap warga negara Indonesia berhak mengkritik pemerintah. Dia menyatakan, pemerintah tidak boleh memeriksa orang yang mengajukan kritikan tersebut. "Jadi, ternyata siapa pun bisa memberikan catatan apa pun, bisa memberikan kritik apa pun, dengan cara apa pun. Hal yang tidak boleh adalah ketika dia mengekspresikan, ketika dia mengkritik, diperiksa. Itu enggak boleh," jelas Ganjar.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu pun menilai kritik sebagai kebebasan berpendapat yang biasa dalam demokrasi. Akan tetapi, dia mengimbau agar kritik yang disampaikan harus  tidak menyinggung Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). "Mungkin yang perlu diperhatikan adalah tidak menyakiti. Kritiklah kebijakannya, tetapi jangan, maaf, ya, fisiknya, terus kemudian sukunya, agamanya, golongannya. Saya kira itu menjadi barrier (batasan) yang mungkin orang jangan ditembus dong yang itu. Tetapi, kalau mengkritik kebijakannya, menurut saya, boleh-boleh saja," kata Ganjar.

0 comments:

Post a Comment