Saturday, November 25, 2023

MAKNA DIBALIK ANGKA 3, SEKJEN PDIP HASTO SEBUT NOMOR URUT GANJAR-MAHFUD BERMAKNA TRISULA WEDHA!



JAKARTA- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan makna nomor urut 3 pasangan calon Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam Pilpres 2024. "Ada yang mengatakan (nomor urut) 3 ini Trisula Wedha, yang artinya lambang lurus, benar, dan jujur," kata Hasto selepas rapat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Menurut Hasto, Trisula Wedha juga merangkum sejarah kepemimpinan Ganjar Pranowo. "Kemudian, bersama Prof Mahfud MD untuk menjawab berbagai persoalan-persoalan kebangsaan kita saat ini," kata Hasto.

Sebelumnya, Ganjar Pranowo mengaku senang mendapatkan nomor urut 3 pada Pilpres 2024, karena itu sesuai dengan sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia. "Jadi, kami mendapatkan nomor 3. Itu pas, sesuai dengan sila ketiga Persatuan Indonesia. Kami satukan semuanya dalam proses politik yang menggembirakan," kata Ganjar setelah pengundian nomor di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa malam (14/11/2023).

Perlu diketahui, Prabu Jayabaya adalah orang yang pertama kali mempopulerkan istilah Trisula Wedha. Istilah ini disebutkan beberapa kali dalam ramalannya yang terkenal dengan ramalan Jayabaya. Banyak orang yang tidak mempercayai ramalan itu terutama masyarakat di luar pulau Jawa. Sebagian lagi bersikap apatis namun tidak sedikit juga yang meyakini kebenarannya. Sebagian masyarakat Jawa menjadikan ramalan Jayabaya sebagai rujukan dalam mengamati setiap era perubahan zaman.

Ramalan Jayabaya menggunakan bahasa Jawa yang sangat halus. Tata bahasanya sangat indah menyejukkan sukma. Bila membacanya serasa kita terbuai dalam ayunan. Kalimat yang digunakannya seperti bait-bait puisi mengalir lancar seperti air jernih dan bersih dari telaga suci. Bait-baitnya serasa hidup dan mengantar kita menembus lorong waktu ke masa silam ratusan tahun yang lampau. Banyak menggunakan kausa kata dan kalimat-kalimat simbolik, jenaka dan samar-samar sehingga menimbulkan multitafsir bagi pembacanya. Lebih dari semua itu ramalam Jayabaya seperti sebuah wahyu yang musti diterima oleh pembaca secara apa adanya tanpa koreksi ataupun catatan. Sungguh mengagumkan!.

Jayabaya meramalkan akan munculnya seorang dewa berbadan manusia yang bersenjatakan Trisula Wedha. “Dewa” memiliki konotasi pada tataran dimensi dunia gaib sedang “manusia” memiliki dimensi pada tataran dunia nyata. Itu berarti dewa yang diprediksi oleh Jayabaya akan muncul adalah seorang manusia yang hidup dan beraktivitas seperti manusia pada umumnya. Semua aktivitas yang dilakukan orang itu berdimensi ganda yaitu dimensi di dunia gaib dan dimensi di dunia nyata pada waktu yang bersamaan.

Orang itu adalah SATRIO PININGIT. Satrio (seorang ksatria) dan Piningit (yang menyembunyikan diri) memiliki aktivitas di dunia nyata dan gaib. Sifat dan karakter Satrio Piningit di dunia nyata berbeda dengan sifat dan karakter Satrio Piningit di dunia gaib. Sifat dan karakter itu dilakoni seorang diri. Jayabaya secara terang benderang sudah memisahkan mana sifat dan karakternya di dunia nyata dan mana sifat karakternya di dunia gaib. Identifikasi itu sangat jelas di dalam ramalan tersebut.

Dalam ramalannya, Jayabaya menyebut beberapakali kata Trisula Wedha namun hanya sekali saja Jayabaya memberi perincian makna Trisula Wedha yaitu “benar, lurus, jujur”. Oleh karena ramalan Jayabaya ini seperti sebuah wahyu yang suci maka kita semua, termasuk saya pribadi menerima apa adanya sebagaimana yang disajikan bahwa Trisula Wedha adalah benar, lurus, jujur.

0 comments:

Post a Comment