Friday, February 24, 2023

GANJAR BERIKAN BERAS FORTIFIKASI UNTUK LIMA KABUPATEN DI JATENG YANG MENJADI FOKUS PENANGANAN STUNTING



JAKARTA- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah menyiapkan paket beras fortifikasi untuk diberikan kepada 1.000 ibu hamil (bumil) yang beresiko melahirkan bayi stunting, atau mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yuni Rahayuningtyas mengatakan, setiap bumil yang terdaftar masing-masing akan menerima paket berisi 5 kg beras fortifikasi setiap bulan selama enam bulan. Beras fortifikasi merupakan beras yang sudah diperkaya kandungan nutrisinya.

“Setiap bulan, bumil (yang terdaftar) akan menerima 5 kilogram beras selama 6 bulan,” kata Yuni saat dihubungi, Jumat (24/2/2023).

Selain itu, lanjut Yuni, paket beras tersebut akan dibagikan kepada 1000 ibu hamil yang tersebar di lima kabupaten di Jateng yang menjadi fokus penanganan stunting. Lima kabupaten tersebut yakni Brebes, Blora, Magelang, Purbalingga, dan Temanggung.

Yuni menjelaskan, saat ini proses pendataan calon penerima beras fortifikasi terus dilakukan dan ditargetkan selesai pekan ini. “Kami harus memastikan bantuan beras fortifikasi ini tidak salah sasaran. Untuk itu, kami harus pastikan para bumil yang ada di daftar memenuhi kriteria untuk dibantu,” jelasnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah meluncurkan beras fortifikasi saat memimpin rapat koordinasi percepatan pengentasan kemiskinan untuk wilayah Kabupaten Magelang, Purworejo dan Kebumen di Balai Desa Donorojo, Kecamatan Mertoyudan, Magelang pada Rabu (1/2/2023) yang lalu.

“Hari ini kami melaunching program asupan gizi dengan beras fortifikasi. Jadi satu sendok dari beras ini bisa dicampur dengan satu kilogram beras yang kita konsumsi untuk ibu hamil,” ujarnya.

Ganjar menambahkan, beras fortifikasi akan diusulkan menjadi program bantuan tetap Pemprov Jawa Tengah untuk membantu asupan gizi sehat bagi ibu hamil. Selain untuk menuntaskan masalah stunting, program ini juga menjadi salah satu bagian penanganan kemiskinan ekstrem di Jateng.

“Agar kami bisa terus memantau satu per satu, mulai dari ibu hamil sampai nanti melahirkan, sehingga nanti kita pastikan tidak akan ada stunting di daerah-daerah,” tambahnya.

Ganjar juga menggandeng perguruan tinggi untuk terlibat dalam mengoptimalkan percepatan penurunan jumlah warga miskin ekstrem di Jawa Tengah. Di antaranya Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah bekerja sama dengan Pemprov Jawa Tengah dalam pengembangan beras fortifikasi.

Selain itu, Ganjar menyebutkan KKN tematik yang dilakukan juga masih terus berjalan. Para mahasiswa UGM yang melaksanakan KKN tematik terus melakukan monitoring dan pendampingan kepada ibu hamil dan balita terkait asupan gizi sehat, termasuk beras fortifikasi.

“Kami akan pantau terus, kita sudah kerja sama dengan UGM, nanti akan ada mahasiswa KKN masuk ke desa-desa untuk memantau rutin terus-menerus, sehingga KKN tematiknya bisa berjalan,” ucap Ganjar.

Tak hanya UGM, ke depannya seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Jawa Tengah diminta membantu percepatan penurunan angka kemiskinan ekstrem. Harapannya, seluruh pihak dapat bekerja sama dan berkoordinasi secara optimal.

“Perguruan tinggi akan kami libatkan. Contohnya hari ini UGM, dan mungkin nanti yang di barat bisa Unsoed, UMP, sekitar Solo Raya mungkin bisa UNS dan UMS, Semarang Raya juga banyak sekali, nanti bisa kami dorong untuk terlibat,” tandas Ganjar.

0 comments:

Post a Comment